Saturday, May 21, 2011

MENCINTAI TANPA KETAKUTAN


 sumber gambar : pettydesigner.com
Dulu aku mengira lawan dari cinta adalah kebencian. Baru aku sadari bahwa penghambat cinta yang sebenarnya bukanlah kebencian tetapi ketakutan. Aku bukan orang yang mudah mencintai. Aku cenderung menjaga jarak dan tidak mau terlibat. Aku lebih suka tidak mengusik dan diusik oleh orang lain. Sepanjang ingatanku belum pernah ada seseorang atau sesuatu yang aku cintai sepenuh hati.  Aku selalu menghitung untung rugi jika ingin “mencintai” orang lain termasuk kepada orang tua maupun suamiku sendiri. Penyebabnya adalah karena aku takut. Aku takut ditolak, diabaikan, dimanipulasi, ditipu, dikecewakan, ditinggalkan, dikhianati, dan terluka.

Seorang bijak pernah berkata bahwa di dunia ini hanya ada dua hal utama yaitu cinta dan ketakutan. Hanya ada satu sumber kebaikan yaitu cinta dan satu sumber kejahatan yaitu ketakutan. Tanpa membunuh atau merampok pun sebenarnya aku sudah melakukan kejahatan yaitu ketika rasa takut menghalangi aku mencintai. Aku teringat betapa banyak waktu aku habiskan untuk mereka-reka peristiwa yang mungkin terjadi berdasarkan ketakutanku itu. Terhadap suami aku mempunyai ketakutan: Bagaimana jika dia mengabaikan aku? Bagaimana kalau suatu hari dia mengecewakan aku, mengkhianati aku dan meninggalkan aku? Apa yang harus aku lakukan supaya aku bisa tetap tegar jika hal itu terjadi? Betapa bodohnya diriku membuang waktu untuk mempersiapkan hal-hal buruk dan tidak punya waktu untuk mencurahkan cinta dengan lebih leluasa bagi dirinya. Ketika aku tidak bebas mencintai - ketika aku terus dikungkung ketakutan itu - aku sadar aku tidak bahagia. Kebahagiaanku berbanding lurus dengan kemampuanku mencintai. Semakin besar aku mencintai, semakin bahagia diriku. Sebaliknya pada saat ketakutanku semakin tinggi maka cintaku semakin rendah, otomatis, kebahagiaanku juga mengecil.
  

Cinta - bukan ketakutan - adalah kodratku sebagai manusia ciptaan Sang Cinta. Aku rindu mencintai diriku, sesama manusia, alam semesta, kehidupan, dan Sang Pencipta dengan sebebas-bebasnya. Aku ingin mencintai tanpa ketakutan sama seperti Sang Cinta yang mencintaiku dengan cintaNya yang sempurna, tanpa ketakutan.

“Di dalam cinta tidak ada ketakutan, cinta yang sempurna melenyapkan ketakutan”
 –  St. Yohanes Rasul

No comments: