Thursday, July 31, 2008

HIDUP DI ANTARA ORANG-ORANG KELAPARAN

There is a terrible hunger for love. We all experience that in our lives – the pain, the loneliness. We must have the courage to recognize it. The poor you may have right in your own family. Find them. Love them.

(Mother Teresa)

Kata-kata Mother Teresa ini sangat mengusik hatiku. Ada suatu kelaparan yang harus saya usahakan untuk dikenali. Bukan kelaparan akan makanan dan minuman tetapi kelaparan batin. Yaitu kelaparan akan kasih yang terjadi pada orang-orang di sekitarku, dalam keluargaku. Saya mencoba memperhatikan sekelilingku. Benarkah ada orang-orang kelaparan yang harus aku kenali? Bisakah aku mengenali mereka? Apakah saya selama ini hanya memikirkan diri sendiri karena aku juga kelaparan?

Saya mulai meneliti setiap orang yang tinggal serumah dengan saya. Di rumah besar ini ada ayah dan ibu yang sudah memasuki usia senja, dua pasang suami istri di mana para suami adalah anak-anak dari pemilik rumah ini, seorang anak laki-laki dan perempuan yang belum menikah, dua orang cucu, – laki-laki dan perempuan -  tiga orang keponakan yang bekerja pada pemilik rumah.

Meskipun kami  belum pernah mengalami kelaparan perut tetapi harus saya akui setiap anggota keluarga ini mengalami kelaparannya masing-masing. Yang paling umum adalah kelaparan akan penghargaan dan rasa berhasil. Kelaparan ini menimbulkan sikap menyombongkan prestasi baik di masa lalu maupun sekarang - dengan harapan agar dipuji - dan memandang rendah orang lain.

 Kelaparan yang berikutnya dialami oleh para istri yaitu kerinduan akan perlakuan lemah lembut dari para suami. Kata-kata yang kasar dan merendahkan dari para suami mampu mengeringkan jiwa istri-istri mereka. Membuat para wanita ini merasa tidak cukup berharga untuk dicintai sehingga muncullah berbagai usaha yang melelahkan untuk mendapatkan cinta itu.

Anak-anak kecil merindukan orang tua yang rukun dan saling menyayangi. Mereka juga mendambakan ayah dan ibu yang tidak mudah memarahi dan memukul jika anak-anak melakukan kesalahan yang tidak disengaja. Orang tua yang bersedia memaafkan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertumbuh melalui kesalahan-kesalahan yang mereka buat.

Para pekerja menginginkan pekerjaan yang menjanjikan masa depan lebih baik,  jam kerja yang teratur, penghasilan yang tidak mengecewakan dan hari libur yang sesuai. Bukan kata-kata dan perlakuan manipulatif yang selalu menekankan bahwa mereka bekerja bagi keluarga sendiri sehingga menimbulkan perasaan bersalah jika mereka menginginkan pekerjaan yang lebih baik di tempat lain.

Sekarang saya sudah mengenali kelaparan-kelaparan yang terjadi di sekitar saya. Langkah berikutnya adalah menemukan mereka dan mencintai mereka. Bagaimana caranya? Untuk kelaparan akan penghargaan, saya bisa memberikan penghargaan yang tulus kepada setiap orang sekecil apapun keberhasilannya. Untuk kelaparan akan kelembutan, saya akan berusaha selalu bersikap lembut dan tetap menghargai bagaimanapun menjengkelkannya orang itu. Untuk kelaparan anak-anak kecil dan pekerja, saya belum bisa berbuat apa-apa secara langsung karena mereka tidak berada di bawah otoritas saya. Tetapi tidak ada yang mustahil melalui doa. Saya akan berdoa bagi mereka agar Tuhan sendiri yang memenuhi kelaparan-kelaparan mereka.

Lalu bagaimana dengan kelaparanku sendiri? Saya percaya bahwa dengan memenuhi kelaparan jiwa orang lain, jiwa saya sendiri akan dikenyangkan karena kasih yang dibagikan tidak akan pernah habis tetapi akan berkembang berlipat ganda.

Tuhan sumber segala kekuatan, mampukanlah aku yang lemah ini.

31 Juli 2008

 

Tuesday, July 29, 2008

Satu-satu aku sayang mama, dua-dua aku sayang bapak .......

Betapa bahagianya menjadi seorang Grace, gadis kecil berusia empat tahun, yang lugu. Segala sesuatu adalah keindahan di matanya dan mendatangkan rasa ingin tahu yang besar. Tidak ada hari tanpa tertawa dan menangis, merayu dan mengancam, marah dan berdamai. Semua orang sayang kepadanya. Semua orang memperhatikannya. Walaupun mama dan bapak terkadang lalai memandikan Grace dua kali sehari, hal itu tidak menjadi masalah baginya. Karena masih ada Oma, dan tante-tante yang mau memandikannya karena jatuh kasihan melihat anak cantik itu masih bau. Kelemahan orang tuanya tidak menjadikan kasih sayang Grace berkurang sedikit pun kepada mereka. Bahkan Grace tidak pernah mau memanggil mama kepada orang lain kecuali kepada mamanya sendiri. Ketika mendendangkan lagu dia akan bernyanyi:

“Satu-satu aku sayang mama, dua-dua aku sayang bapak “…… dan selalu begitu. Kasih sayang seorang anak kecil yang lugu, tulus, tanpa pamrih karena bagi Grace, mama dan bapak tetap adalah segala-galanya.

"I hate Monday"

 

“I hate Monday”, sepertinya virus ini sudah merasuki semua orang, khususnya para pegawai dan karyawan, juga sebagian siswa dan mahasiswa. Setiap hari Senin pagi saya melihat banyak orang berbondong-bondong menuju tempat kerja dan sekolah dengan pakaian seragam yang bersih, tetapi wajah-wajah mereka terlihat kosong. Seperti tidak ada api semangat yang menyala. Apakah karena liburan mereka tidak cukup? Saya tidak tahu dengan pasti. Lalu muncullah pertanyaan-pertanyaan dalam pikiranku: “Apakah mereka tidak rindu pada pekerjaan mereka? Tidak rindu pada tempat kerja mereka? Tidak rindu pada teman-teman kerja, atasan, bawahan, dan pelanggan mereka?” Jika jawabannya ternyata: “Tidak”, mengapa bisa terjadi begitu?

 

Untuk menjawab pertanyaanku sendiri ini saya berusaha menilik lebih dalam lagi sampai ke dasar hati di mana terletak semua kunci jawaban untuk persoalan-persoalan yang terjadi setiap hari. Pikiran saya melayang meninggalkan wajah-wajah kosong itu lalu mendarat di wajah seorang Thomas Alva Edison. Saya membayangkan apakah Pak Edison pernah kemasukan virus “I hate Monday”? Mungkin kalau beliau juga mengidap virus tersebut pasti dunia masih gelap gulita karena bola lampu tidak berhasil diciptakan. Karena percobaan yang Pak Edison lakukan untuk sampai menciptakan bola lampu banyaknya ada ribuan kali. Untuk itu beliau sering tertidur di laboratoriumnya bahkan sampai lupa makan, mandi, bersosialisasi bahkan berekreasi. Senin, selasa, rabu atau akhir pekan tidak ada bedanya karena Pak Edison sangat suka dan menikmati apa yang sedang dikerjakannya. Bahkan boleh dibilang jatuh cinta setengah mati.

 

Akhirnya saya menyimpulkan begini, jika saya mencintai pekerjaan saya, profesi saya maka saya tidak akan pernah berkata “I hate Monday”. Jika saya mengenali pekerjaan saya sebagai panggilan jiwa dan bukan sekedar panggilan perut apalagi panggilan gengsi maka saya akan bisa berkata dengan lantang “Thanks God, it’s Monday.”  Bagaimana jika saya tidak bisa mencintai pekerjaan atau profesi saya? Tinggalkan saja dan carilah cinta sejati itu.

 

KADO ULANG TAHUN

 

Hari ini, 28 Juli 2008, Grace genap berusia empat tahun. Tante Iva, Oma dan Opa serta orang tuanya sudah membelikan Grace banyak hadiah. Ada pakaian-pakaian baru dan ada juga boneka. Untuk pengucapan syukur mamanya memasak Papeda dan ikan kuah kuning. Makanan khas Maluku yang populer.

 

Kemarin malam, aku dan suamiku sempat berdiskusi tentang perlu tidaknya kami membelikan kado untuk Grace. Dari hasil diskusi kami akhirnya kami putuskan tidak membelikan kado. Walaupun sudah bulat, tetapi timbul juga pertanyaan yang menggelitik hatiku: “Pelitkah kami?” Aku pikir tidak juga. Kami berdua menyayangi Grace sama seperti yang lain. Tetapi cara kami menyayanginya berbeda. Kami mau belajar untuk melihat pada kebutuhannya dan bukan sekedar keinginannya atau keinginan kami untuk membuat dia memiliki banyak barang-barang yang hanya menempel di tubuhnya.

 

Lalu apa dong wujud kasih sayang kami untuk Grace? Kami selalu membuka hati untuk menjadi tempatnya berlari ketika dimarahi orang tuanya. Kami menyediakan waktu untuk bermain dengannya ketika Grace tidak mempunyai teman bermain. Kami berusaha mengajarkannya mengenal huruf, warna, dan mewarnai gambar ketika orang tuanya memutuskan untuk menunda menyekolahkannya. Bahkan kadang-kadang kami membagi tempat tidur kami bersamanya. Semua itu kami berikan sepanjang tahun bukan hanya pada hari ulang tahunnya saja.

 

Sore di hari ulang tahunnya, suamiku mengajak Grace berjalan-jalan memutari kompleks rumah, suatu kegiatan yang hampir tidak pernah dilakukan bersama bapaknya. Aku memberikannya sebuah gambar kue ulang tahun yang bisa dia warnai. Tetapi karena kelelahan berjalan-jalan Grace tidak berminat lagi mewarnai.

 

Selamat ulang tahun, Grace. Kiranya Tuhan yang Maha Kasih melimpahimu dengan kesehatan jiwa badan dan pertumbuhan yang baik. Amin.