Wednesday, August 11, 2010

BACKPACKERS (2)

Aku terkejut ketika mendongak ke jendela dan melihat 2 sosokbule yang memanggul
tas punggung besar sedang berjalan menuju ke toko buku. "Masih hidup ternyata
mereka," pikirku. Igor dan Sien baru kembali dari Nabire. Dengan semangat Igor
bercerita bahwa setelah turun dari pegunungan Arfak, mereka mendengar suara
sirine kapal yang akan menuju ke Nabire, dan mereka mulai melemparkan mata uang
logam untuk memutuskan akan pergi ke Nabire atau kembali ke Jakarta. Ternyata
takdir membawa Igor dan Sien ke Nabire. Wajah mereka memperlihatkan bahwa mereka
cukup puas dengan perjalanan di Papua ini walaupun baru sekitar Manokwari dan
Nabire.

Secara fisik Igor dan Sien tetap kumal tetapi terlihat bahagia dan bangga pada
apa yang sudah mereka lalui. Sore ini akan ada kapal menuju ke Jakarta dan
karena visa mereka hanya sampai akhir Agustus 2010 maka mereka harus bergegas
meninggalkan Indonesia. Mula-mula aku pikir Igor dan Sien akan naik pesawat dari
Jakarta pulang ke Polandia. Ternyata tidak. Apa yang mereka rencanakan
benar-benar membuatku berseru : "I can't imagine it!"

Nanti setelah tiba di Jakarta Igor dan Sien akan menuju ke Medan lewat jalan
darat. Lalu menyeberang ke Malaysia. Melalui jalan darat lagi akan menuju ke
Thailand, Laos, Vietnam, China, Uzbekistan, Kirgiztan kemudian masuk Eropa
dimulai dengan Yunani sampai akhirnya tiba di Polandia. Melewati sekitar 10
negara melalui jalan darat atau air. Mereka memperkirakan 4 bulan dari sekarang
baru tiba di rumah.

Para backpackers ini benar-benar menikmati setiap perjalananyang mereka lakukan.
Mereka tidak terburu-buru. Sepertinya mereka tidak merindukan rumah. Mereka
meletakkan fokus hanya pada saat ini dan perjalanan ini. Mungkin karena itu
biarpun tampang mereka kumal tetapi wajah mereka cerah. Kegembiraan, kebaikan,
petualangan dan kebanggaan bisa diterima dengan sepenuh-penuhnya. Begitu pula
kesulitan, kejahatan, kelaparan, kedinginan, dan pengalaman tidak menyenangkan
mereka hadapi tanpa mengeluh (kalau mengeluh pasti sudah pulang dari dulu-dulu,
kan?).

Semestinya aku pun bisa menjalankan kehidupanku seperti para backpackers ini.
Tentu saja bukan dalam arti secara fisik aku berkelana meninggalkan rumah tetapi
dalam jiwaku, dalam pikiranku. Dengan cara bagaimana? Dengan tidak memberatkan
pikiran dan hati pada hal-hal materi yang membelenggu. Denganmemfokuskan diri
pada saat ini dan hari ini. Tidak lagi menyesali masa lalu dan mengkhawatirkan
hari esok. Menikmati setiap detail kejadian yang boleh aku alami yang merupakan
pemberian terbaik dari kehidupan. Sehingga pada akhir hidupku nanti aku bisa
berkata : "My journey is so wonderful !"

1 comment:

Dapur Kampung said...

Ceritanya mengalir dengan cool
;) keren
ditutup dengan penutup yg tak kalah keren :)
membawa spirit baru :D