Pukul 07.15 WIT aku keluar untuk menghadiri misa di Paroki St. Agustinus yang hanya berjarak 50 meter dari rumahku. Tiba-tiba mataku menangkap bayangan hitam di sudut teras. Panjang membujur, bergeming, berbulu, tanpa kepala. Aku cukup terkejut dan mengenali bahwa benda itu adalah bangkai seekor kucing yang menjadi korban pembantaian para anjing.
“Nanti saja setelah pulang dari misa baru aku urus bangkai kucing itu,” kataku dalam hati.
Aku mengikuti misa dengan pikiran yang terus berputar memilih tindakan yang bisa aku lakukan. Sebenarnya aku jijik, geli, sekaligus kasihan pada kucing tak bernyawa itu. Dua tindakan yang sempat aku pikirkan adalah :
Pertama : “Aku akan mengambil cikrak dan sapu lidi untuk memindahkan kucing itu ke tempat pembakaran sampah.”
Tapi aku tidak tega mengangkat tubuh kucing tersebut dengan cara seperti mengangkat sampah. Bagaimana pun bangkai ini adalah seekor mamalia (manusia juga mamalia).
Kedua : “Aku akan mengambil beberapa lembar koran bekas untuk menutupi tubuhnya, lalu memasukkannya ke dalam sebuah karton dan kemudian menaruhnya di tempat pembakaran sampah. Tentu dengan memakai kantong plastik pada kedua tanganku dan masker penutup hidung.”
Aku memutuskan untuk melakukan tindakan yang kedua.
Sepulang dari misa, aku melihat bangkai kucing berada di tempatnya. Aku memutuskan untuk sarapan dulu sebelum melakukan aksiku itu karena aku kuatir jika nanti aku bakal tidak bisa sarapan setelah melihat bangkai itu dari dekat.
Selesai sarapan, aku sudah bersiap-siap, mental dan peralatan. Aku membuka pintu dan menuju ke lokasi. Ternyata…….. bangkai itu lenyap! Hanya beberapa bulu-bulu hitam yang melekat pada lantai Aku bersorak kegirangan. Entah siapa yang telah memindahkannya. Yang pasti siapapun orang yang baik hati itu, dia adalah malaikat bagiku.
Terus terang saja selama di gereja aku tidak berdoa supaya ada orang yang memindahkan bangkai kucing tersebut. Aku sibuk memikirkan cara yang bisa aku lakukan sendiri. Kejadian ini membuatku teringat pada kata-kata : “Tuhan tahu apa yang kita butuhkan dan akan memenuhi kebutuhan kita itu tepat pada waktuNya. Bahkan sebelum kita memintanya.”
Jika untuk memindahkan bangkai kucing saja Dia bersedia menolongku tepat pada waktuNya, apakah aku harus terus mengkuatirkan hidupku?