Tuesday, July 27, 2010

Backpackers

Kata ini mulai aku kenal ketika aku membaca cerita-cerita perjalanan. Tetapi
siang ini aku mendapat kesempatan berkomunikasi langsung dengan 2 orang
backpacker dari Eropa – Igor dan Sien. Mereka baru turun dari KM SInabung yang
berlayar dari Bitung ke Manokwari tadi pagi. Igor dan Sien datang ke toko buku
untuk mencari informasi tentang rute perjalanan ke gunung Arfak secara lebih
mendetail daripada yang mereka baca di http://manokwaripapua.blogspot.com.
Mereka masing-masing membawa ransel setinggi setengah dari ukuran badan mereka
yang kelihatan berat dan bau. Meskipun begitu semua barang yang mereka simpan
dalam ransel selalu dilapisi dengan plastik atau dimasukkan dalam kantong
plastik.

Igor sudah berada di Indonesia sejak 8 bulan yang lalu sedangkan Sien telah 1
tahun berkeliling Indonesia. Mereka sama-sama mau menjadikan Papua sebagai rute
terakhir perjalanan mereka sebelum pulang ke Eropa. Suamiku sibuk menjelaskan
perjalanan ke gunung Arfak menggunakan Google Earth karena peta yang mereka
miliki informasinya kurang memadai. Sementara aku lebih tertarik menanyakan
perjalanan yang sudah mereka lalui. Hal terburuk yang pernah dialami Igor adalah
kehilangan tas dan seluruh barang bawaannya ketika menumpang truk di Bima (NTB)
sedang Sien pernah terjangkit TBC saat berada di Jakarta. Tetapi Sien
memperkirakan penyakit itu didapatnya ketika berada di Kamboja. Mereka berdua
sudah fasih berbahasa Indonesia yang mereka pelajari dari jalanan.


Sebagai backpacker sejati, Igor dan Sien tidak mau menginap di hotel. Mereka
membawa tenda dan berencana untuk bermalam di sekitar hutan dekat kampus
Universitas Negeri Papua. Untuk transportasi mereka hanya mau naik kapal,
kendaraan umum atau menumpang truk. Aku terheran-heran mendengar ini, ternyata
ada orang bule yang mau menjalani hidup sengsara seperti itu :p.

Igor mengatakan bahwa mereka tidak makan hewan ketika suamiku menceritakan
tentang lobster yang ada di daerah Pantura Manokwari. Alasannya sederhana tapi
cukup mengejutkan. Katanya,"Karena mereka saudara. Semua makhluk hidup yang
mempunya mata adalah saudara, jadi tidak boleh saling memakan."


Untuk turis-turis asing yang hendak menjelajahi Papua, mereka harus memiliki
Surat Keterangan Perjalanan dari Kepolisian, hal yang tidak akan diminta di
daerah lain di Indonesia. Suamiku membantu mereka mempersiapkan kelengkapan
administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan Surat Jalan itu dan beberapa jam
kemudia Igor dan Sien kembali lagi ke toko buku dengan Surat Jalan di tangan dan
sekantong gorengan yang mereka mau bagi untuk kami. Kata mereka polisi tidak
meminta uang untuk pembuatan Surat Jalan tersebut. Mungkin polisi juga merasa
kasihan melihat penampilan mereka yang kumal. Ayah mertuaku berbaik hati
menyediakan kamar kosong untuk mereka tidur malam ini setelah suamiku berkata
bahwa mereka berdua tidak mempunyai uang untuk membayar penginapan.


Aku juga menyukai travelling, tetapi jika aku harus menjadi backpacker seperti
mereka rasanya aku akan berpikir seribu kali dulu. Alasannya ada 2, pertama tas
ranselnya terlalu berat bagiku, dan kedua aku merasa kasur di rumah masih lebih
enak…:)

1 comment:

Unknown said...

Tjan... so interesting experience they have... thanks for sharing them :)