Sunday, May 9, 2010

Puisi yang Menohok


Sambil menunggu misa minggu pagi dimulai, aku membaca sebuah renungan harian – Percikan Hati – dan menemukan satu puisi yang menohok hatiku :

Tangan Tuhan Menuntun Kita

Hampir seluruh persoalan hidup
Bermula dari ketidakmampuan kita menerima hidup ini apa adanya
Kita tak mampu berkompromi pada kenyataan
Kita tak sudi melepaskan kacamata paradigma
Dan melihat realitas secara sederhana
Kita lebih suka bermain-main dengan persepsi
Kita lebih senang berlindung membenarkan pikiran diri sendiri
Padahal itu adalah bentuk lain dari belenggu sehari-hari

Mari, sejenak kita pejamkan mata
Menemukan kesejukan pikiran
Menggali ketentraman perasaan
Menyentuh jiwa yang tenang
Menekuri setiap tarikan nafas
Menyadari keberadaan kita di bumi ini

Meneguhkan kembali ikrar kita
Pada semesta yang agung
Ikrar untuk mencurahkan yang terbaik bagi hidup ini
Dan membiarkan tangan-tanganNya
Menuntun setiap gerak kita sehari-hari



Sembari merenungkan kalimat demi kalimat, aku bertanya kepada diriku sendiri: Apakah aku belum menerima hidup ini apa adanya? Apakah aku belum mau melepaskan kacamata paradigmaku sendiri? Benarkah aku tidak bisa melihat realitas secara sederhana dan lebih suka membenarkan pikiranku sendiri? Tanpa perlu menjawab aku sudah menyadari mengapa jiwaku terasa terbelenggu.

Bait kedua dan ketiga merupakan kunci untuk membuka pintu penjara batin ini lalu melangkah keluar, menuju kebebasan yang sejati.

1 comment:

Dapur Kampung said...

mengena...membuatku beristighfar karena dibuai rasa kemrungsung yang lupa bersyukur...tx ya.