Thursday, December 18, 2008

Mentalitas Anak Sekolah

Masih ingatkah kita semua akan masa-masa menjadi siswa atau mahasiswa? Ketika bapak atau ibu guru memberi tugas yang membutuhkan waktu beberapa hari/minggu/bulan kepada kita. Batas waktu untuk mengumpulkan hasil kerja kita sudah ditetapkan. Biasanya dan yang sering terjadi siswa menunda-nuda untuk mengerjakannya sampai 1 atau 2 hari sebelum batas waktu. Entah karena sibuk, atau malas, atau ilham baru muncul ketika dalam keadaan terdesak. Saya mengaku dulu pun sering melakukan hal itu. Hasil kerja yang kita serahkan biasanya asal-asalan, tidak ada nilai lebih apapun karena ketika mengerjakannya yang ada dalam pikiran kita hanyalah: yang penting dikumpulkan. Lebih parah lagi ada siswa/mahasiswa yang entah mengapa ilham tidak juga turun meskipun dalam keadaan terdesak, akhirnya mengambil jalan pintas………nyontek. Menyedihkan.

 

Tapi itu dulu ketika kita masih duduk di bangku sekolah. Eh, jangan salah, mentalitas seperti itu tetap ada dan semakin “kreatif” pada orang-orang dewasa terutama yang bekerja sebagai PNS (maaf bukan bermaksud menjelek-jelekkan suatu golongan, hanya menceritakan apa yang saya lihat). Suatu proyek, katakanlah pembuatan situs di tempat bersejarah. Proses berulang seperti waktu sekolah terjadi :

1)      Ada tugas dari pimpinan.

2)      Batas waktu diberikan.

3)      Karena “belanda masih jauh” belum ada tindakan apa-apa.

4)      Baru sadar ketika batas waktu sudah di depan mata.

5)      Perintah anak buah untuk bergerak walaupun tidak tahu mau bergerak ke mana yang penting ada hasil.

6)      Secara ajaib – entah bagaimana prosesnya – hasil sudah ada di tangan dan siap dikumpulkan.

7)      Lega…… toh yang penting ngumpulin. Urusan kualitas hasil kerja itu nomor kesekian.

 

Usia boleh bertambah. Jabatan bisa semakin tinggi tetapi mentalitas anak sekolah sepertinya sulit untuk ditinggalkan. Seharusnya sebagai orang-orang dewasa yang keputusannya memiliki efek jangka panjang, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan pikiran itu wajib hukumnya. Kalau batas waktu tidak masuk akal silakan minta perpanjangan dengan alasan yang logis dan demi keberhasilan proyek itu sendiri. Tetapi sunggu disayangkan para bapak/ibu tersebut sepertinya tidak terlalu suka mendapat tugas, apalagi tugas yang berat. Lalu apa fungsinya menjadi PNS/abdi masyarakat? Bukan hanya untuk memakai seragam dengan segala atributnya dan upacara setiap Senin, datang ke kantor, terima gaji dan terima pensiun, bukan?

 

Sistem pendidikan kita bisa salah, lingkungan juga memberikan pengaruh buruk yang kuat tetapi marilah kita melatih diri sedemikian rupa sehingga menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab atas tugas-tugas kita sementara kita masih hidup di dunia ini. Jangan lupa akan ada Hakim Agung yang meminta pertanggungjawaban kita kelak. Hidup ini memiliki kesinambungan dan tidak berhenti ketika kita meninggal dunia. Jadi hiduplah dengan bertanggung jawab.

 

No comments: