Thursday, December 18, 2008

Dengan Kasih dari Hati

Pria Papua yang satu ini memang berbeda. Dari gerak-geriknya aku bisa menduga bahwa dia seorang yang rajin bekerja. Perut tidak buncit, tidak merokok, sinar matanya tajam, tutur bahasanya sopan dan tegas. Secara keseluruhan rapi.

 

Tadi pagi dia bercerita tentang prinsip hidupnya yang membuatku geleng-geleng kepala karena heran: ada ya orang Papua, PNS lagi, yang mempunya pikiran sangat sehat seperti itu. Dia berkata,” Saya dibayar karena kemampuan saya, bukan karena saya putera daerah.” Lalu bapak muda ini melanjutkan cerita mengapa dia sampai menjadi PNS padahal ketika bekerja sebagai marketing kontraktor besar, gajinya tidak bisa dibilang kecil. Alasannya ternyata sederhana tetapi berat: untuk mengabdi. “Kalau bukan kami sebagai putera daerah siapa lagi?” jelasnya.

 

Setelah menjadi PNS pun tidak serta merta dia bisa menikmati posisi barunya itu. “Dalam lingkungan PNS saya seperti jalan di tempat. Saya terbiasa dengan target yang tinggi dan ritme kerja yang cepat. Di sini jauh lebih santai. Tetapi saya harus belajar untuk menyesuaikan diri.”

 

“Saya tahu betul bagi teman-teman sesama PNS, yang mereka pikirkan hanya hari ini saya dapat uang berapa dan mau dibelanjakan untuk apa. Sampai ketika saya ditempatkan di distrik mereka bertanya kok saya mau berada di tempat “kering”. Saya berkata: Di mana pun Tuhan tempatkan saya, tempat “kering” bisa diubahkanNya menjadi tempat “basah”.”

 

Senyum terkembang dari bibir saya secara reflek. Saya kagum. Saya bangga. Saya terharu. Ternyata di tempat yang menurut survey memiliki tingkat korupsi paling tinggi se Indonesia masih ada orang yang mempunyai terang Tuhan dalam hatinya.

 

“Uang bukanlah solusi untuk kekurangan tenaga guru di pedalaman. Buktinya teman-teman saya di pelayanan PESAT rela mengajar anak-anak di kampung-kampung tanpa dibayar. Sedangkan tunjangan guru (sekali lagi PNS) sudah dinaikkan setiap tahun, tetapi tetap saja mereka minta dipindahkan ke kota.”

 

Saya terdiam dengan wajah penuh tanda tanya.  Kembali dia melanjutkan, “Semua itu tergantung ada tidaknya kita memiliki hati yang mengasihi orang-orang yang mau kita layani. Itu saja cukup.”

 

Saya setuju. Saya teringat ungkapan bijak yang mengatakan: Banyak kekuatan di alam semesta ini tetapi kekuatan yang terbesar adalah kasih. Dengan kasih rintangan bisa diatasi, gunung bisa didaki, sungai dan laut bisa diseberangi, dan jurang bisa dijembatani. Karena kasih adalah penggerak utama kehidupan ini. Adakah kasih yang menjadi motor hidup kita?

No comments: