Monday, August 22, 2011

MENAPAK BUMI DI HALAMAN TETANGGA

Setelah membaca pentingnya menapak bumi setiap hari minimal 30 menit, aku mulai memutar otak untuk melakukannya. Menapak bumi artinya berjalan tanpa alas kaki di tanah atau di rumput. Menurut hasil penelitian, menapak bumi setiap hari bisa menyeimbangkan hormon, menyembuhkan insomnia, meredakan nyeri dan infeksi. Energi bumi adalah energi feminin yang bersifat menenangkan.

Karena seluruh halaman rumahku sudah tertutup aspal maka aku harus menapak bumi di tempat lain. Pagi itu, pada pertengahan Juli 2011 pukul 06.00 WIT, aku mulai berjalan ke luar. Menghirup udara segar sambil mencari tempat yang bagus untuk menapak bumi. Kira-kira berjalan 200 meter dari rumah aku menemukan sejengkal tanah berumput di pinggir jalan. Aku segera melepas sandal dan mulai menapak bumi. Awalnya terasa aneh menginjak rumput berembun dengan kaki telanjang. Tetapi tidak seberapa lama kemudian kesejukan mengalir dari telapak kakiku ke seluruh tubuhku. Karena rumputnya hanya sejengkal aku hanya bisa berjalan beberapa langkah saja. Sambil memandang ke sekelilingku tiba-tiba mataku tertumbuk pada halaman Pastoran Gereja St. Agustinus yang berada tepat di depanku. Hamparan rumput berukuran kira-kira 20 x 20 meter, hijau, dan memanggil-manggil aku untuk menghampirinya. Aku segera berpindah tempat dan sejak hari itu setiap hari aku menapak bumi di sana. Halaman rumput luas milik tetangga bisa aku nikmati dengan gratis.

Sambil berjalan mengitari halaman rumput itu aku juga menikmati pohon bambu, ketapang, palem, pisang yang tumbuh di sana. Tak ketinggalan burung-burung pipit yang bernyanyi setiap pagi. Dari halaman Pastoran ini aku bisa memandang kota Manokwari di kejauhan yang masih senyap dan menatap langit barat yang sering kali menampakkan fenomena yang membuatku bertanya “apa itu?”.

Halaman luas tersebut bukan milikku. Rumput dan pohon-pohonnya pun bukan aku yang menanam. Burung-burung itu datang sendiri tanpa harus aku usahakan. Udara segar berlimpah juga hadir secara otomatis. Di tengah-tengah semua hal yang aku terima dengan gratis tanpa aku minta atau usahakan, aku hanya bisa berkata : “Terima kasih, semesta. Terima kasih, Tuhan.”

Setiap pagi rumput, pohon-pohon, burung-burung, dan udara segar adalah pengingatku bahwa semua yang aku butuhkan sudah tersedia.

No comments: