Memasuki bulan Januari, aku sudah mengingatkan diriku bahwa tanggal 30 nanti adalah hari ulang tahun suamiku. Hanya mengingatkan, tanpa memasang alarm atau memberi tanda pada kalender. Karena aku sedang melatih diri agar peka terhadap aliran inspirasi maka aku tidak terpaku pada rencana-rencana standar untuk hari ulang tahun seperti cake, makan mie, pesta kejutan, atau ucapan selamat tepat pada pukul 00.00. Dari pengalamanku selama hidup bersama suamiku, hal-hal standar tersebut tidak memberikan kesan apa-apa baginya. Maka aku membiarkan hari-hari berlalu sepanjang bulan Januari.
Tanggal 23 Januari aku sempat mengingatkan diriku bahwa minggu depan hari ulang tahunnya dan aku melanjutkan hari-hari sepanjang minggu itu dengan masih menunggu inspirasi. Rasanya belum ada ide unik yang datang. Hari Sabtu, 29 Januari malam, tiba-tiba aku ingin bersepeda ke pantai. Tubuhku sudah butuh di-recharge. Aku merencanakan besok – hari minggu pagi – aku akan bangun pukul 5.30 WIT dan bersepeda ke pantai terdekat saja. Yang penting sudah bertemu laut. Aku menceritakan rencanaku itu kepada suami secara sambil lalu dalam ngobrol santai kami. Aku pun tidur lebih cepat malam itu.
MInggu pagi aku bangun dan bersiap untuk bersepeda ke pantai. Biasanya suamiku lebih suka bersepeda sore tetapi hari itu dia juga bangun dan berkata mau ikut. Karena suamiku ikut maka tujuan kami berubah, bukan lagi pantai yang terletak 5 menit-bersepeda dari rumah, tetapi kami menuju ke pantai Bakaro, 45 menit-bersepeda. Sepanjang perjalanan kami melewati Ketapang (tempat menunggu taksi air), Pasir Putih, Abasi dan sampailah di Bakaro – tempat wisata pemanggilan ikan.
Aku segera mengeluarkan HP dari saku untuk memotret dan merekam pemandangan indah yang sudah terpampang di depan mataku. Begitu melihat tanggal pada HP aku teringat bahwa hari ini adalah ulang tahun suamiku. Aku sempat gugup karena belum mendapat ide apa-apa untuk hari ini. Aku segera memberinya ucapan selamat. Dia sepertinya juga tidak ingat karena dia balik bertanya, "Sekarang sudah tanggal 30 ya?" Hahaha.
Kami tidak lama di Bakaro karena suamiku mengajak untuk makan bubur ayam di sebuah resort tepi pantai yang kami lewati nanti. Aku merasa ini ide yang bagus. Tidak lama kemudian kami sudah duduk berhadapan dengan bubur ayam mengepul di depan hidung kami dan lautan luas membentang sepanjang mata memandang.
Aku amati suamiku menikmati apa yang kami lakukan sepanjang pagi ini: bersepeda, ke pantai, dan makan bubur ayam. Rupanya inilah inspirasi itu, yang diberikan bukan hanya padaku tetapi juga padanya.