Sifat yang paling kita – para istri – inginkan dari suami-suami adalah kesetiannya. Istri, biasanya, bisa bertahan pada kondisi kekurangan materi atau suami yang sakit tetapi, kebanyakan, tidak bisa bertahan ketika suami sudah terpikat pada wanita lain. Kecemburuan, kemarahan, dan kesedihan bercampur aduk dalam hati dan keluar dalam berbagai wujud tindakan-tindakan yang lebih banyak negatif daripada positifnya. Rentetan tindakan yang pada akhirnya mempercepat hancurnya sebuah pernikahan yang sedang mendapat serangan dari luar itu.
Sebenarnya tidak ada seorang istri yang menginginkan rumah tangganya runtuh. Suami yang sadar dan kembali mencintai keluarga itulah yang diinginkan. Tetapi istri juga tidak bisa mengendalikan hati suami agar jangan terpikat pada wanita lain karena sang suamilah yang memutuskan mau terpikat atau mengabaikan daya tarik itu. Karena itu, ketika suami terpikat pada wanita lain, pertama-tama, istri harus berhati-hati pada dirinya sendiri. Mengendalikan kemarahan itu sangat penting agar tidak menghasilkan tindakan-tindakan yang kontraproduktif dan akhirnya akan mempermalukan diri sendiri.
Daripada menenggelamkan diri pada kesedihan, atau merengek-rengek minta perhatian suami, atau memikirkan cara-cara untuk membalas dendam dengan mencari pria lain, atau memikirkan kemungkinan untuk menyakiti suami, yang mana jika dilakukan tidak akan membuat istri berbahagia, lebih baik menata hati dan pikiran agar bisa tetap berbahagia .
1. Sadarilah bahwa setiap orang itu unik, termasuk wanita lain itu. Keunikan yang tertangkap oleh hati suami sebagai daya pkat yang membuatnya lupa kalau statusnya bukan lagi bujangan. Istri janganlah membuang-buang waktu dengan membandingkan diri dengan wanita lain itu. Melakukan analisa SWOT tentang wanita lain itu hanya akan membuat istri semakin merana karena keputusan hati suami tidak bisa dimengerti dengan otak. Hati memiliki logikanya sendiri.
2. Sadarilah bahwa hati suami tidak pernah kebal terhadap daya pikat wanita lain, sama seperti tubuhnya juga tidak pernah kebal terhadap penyakit. Karena itu anggaplah kondisi hati suami yang tidak stabil ini sebagai keadaan yang mirip dengan sakit jasmani. Suami yang sakit membutuhkan perawatan yang penuh kesabaran dan kasih sayang supaya cepat sembuh. Istri yang sedang marah dan cemburu tidak akan bisa merawat hati suami dengan baik. Malahan akan memperparah situasi karena hati suami semakin condong kepada wanita lain itu.
3. Syukurilah bahwa bukan istri yang terpikat pada pria lain. Setidaknya istri berada dalam posisi sebagai yang benar . Percayalah Tuhan berpihak pada yang benar.
4. Syukurilah karena sudah datang kesempatan bagi istri untuk membuktikan diri sebagai istri yang luar biasa. Jika istri baik ketika suami setia, maka kebaikan istri itu adalah wajar-wajar saja. Tetapi kalau istri tetap baik kendati suaminya tidak setia, maka kebaikan itu adalah kebaikan yang luar biasa. Tuhan melihat kebaikan itu dan akan membalasnya.
5. Syukurilah bahwa ini adalah kesempatan bagi istri untuk lebih dekat kepada Tuhan. Anggap saja ini sebagai sapaan Tuhan yang rindu istri dekat kepadaNya. Dekat kepada Tuhan adalah suasana berkat yang tidak bisa dibandingkan dengan kedekatan manapun.
6. Syukurilah bahwa ini adalah kesempatan untuk belajar meningkatkan kualitas diri sendiri baik dalam urusan pribadi, rumah tangga, kerohanian, sosial dan keterampilan lainnya. Kesempatan untuk belajar kembali menjadi istri yang ideal di mata suami.
Suami yang mudah terpikat sebenarnya merindukan kebahagiaan dan mencarinya di luar keluarga. Seorang istri yang berbahagia bisa memikat hati suami kembali kepadanya. Karena sesungguhnya kebahagiaan itu sudah tersedia di rumah.
2 comments:
Terima kasih sudah menuliskan komen di tulisan saya ini. Semua isi blog ini adalah curahan hati saja. Salam kenal juga.
Alhamdulillah, makasih mba tulisannya. Mencerahkan.
Post a Comment