Tuesday, August 5, 2008

Seandainya Yesus Mempunyai Ayah Jasmani

Orang Kristen percaya bahwa Yesus lahir tanpa ayah jasmani. Kita yang hidup jauh setelah Yesus percaya karena ada kesaksian tentang itu baik dari kitab suci maupun tradisi gereja. Tetapi mari kita tinggalkan sejenak bukti-bukti yang ada dan kita mencoba untuk berandai-andai tentang asal-usul Yesus. Mengapa Yesus tidak memiliki ayah jasmani? Mengapa Allah Bapa tidak mempergunakan sel sperma manusia tetapi hanya menggunakan sel telur Bunda Maria? Apa yang terjadi seandainya Yesus, Anak Allah, lahir seperti manusia pada umumnya dari pertemuan sperma dan telur manusia?

Seandainya Yesus mempunyai ayah jasmani mungkin ini yang akan terjadi: karena Yesus tumbuh menjadi anak yang luar biasa dalam hikmat dan kebijaksanaan, pasti ayahnya merencanakan masa depannya dengan lebih serius. Yesus akan masuk sekolah terbaik di Nazaret yang diasuh oleh para ahli taurat terkemuka dan tidak akan bekerja sebagai tukang kayu. Sang ayah akan mengatakan kepada Yesus untuk menjaga nama baik keluarga karena sebagai anak laki-laki Yesus menjadi penerus marga. Ayah dan ibunya akan mencari seorang istri yang baik untuknya supaya segera hadir cucu-cucu penerus generasi. Mereka tidak akan dengan mudah mengijinkan Yesus berjalan keliling, berkhotbah dan berkumpul bersama murid-muridnya dan orang-orang sederhana. Jika Yesus mempunyai ayah jasmani, dia tidak akan bisa dengan mudah berkata,”……Aku harus tinggal di rumah Bapaku; …….Makananku ialah melakukan kehendak Bapaku.” Karena kehendak orang tua seringkali berbeda dengan Bapa Surgawi.

Yesus sebagai seorang anak yang bertumbuh dalam keluarga kudus, tumbuh secara bebas untuk melakukan kehendak Allah Bapa yang sudah dirancang bagiNya sebelum kelahiranNya. Bunda Maria sebagai seorang perawan yang tidak berkuasa sedikitpun atas sel telurnya bisa dengan rela membesarkan Yesus untuk menjadi seperti yang Bapa inginkan. Santo Yusuf yang tidak mempunyai hubungan darah dengan Yesus, mampu menjadi seorang pemelihara dan pelindung tanpa menaruh beban di bahu Yesus kecuali tugas utama dari Bapa untuk Yesus. Sebagai orang tua, Bunda Maria dan Santo Yusuf sukses mengantarkan sang Anak – Yesus – untuk menjadi seseorang yang mengikuti panggilan hidupNya yang sejati.

Sebenarnya sebagai pria dan wanita, kita pun tidak berkuasa atas sel sperma dan sel telur yang kita miliki. Kita tidak bisa mengontrol dan mengaturnya untuk menjadi zygot, embrio, dan bayi . Jika suatu saat sel sperma dan sel telur kita berhasil menjadi seorang manusia baru, itu semua adalah pemberian dari atas (gifted). Apa yang diberi? Roh manusia. Kemajuan teknologi bayi tabung yang memungkinkan seorang dokter mengatur pembuahan dalam tabung tidak pernah mampu menjamin hadirnya seorang bayi karena sang dokter tidak memiliki roh manusia tersebut.

Para orang tua yang diijinkan untuk menghadirkan manusia-manusia baru hendaknya selalu mengingat dalam hati bahwa jiwa anak-anak mereka bukanlah berasal dari mereka.  Orang tua adalah busur dan anak-anak adalah anak panah. Yang Maha Kuasa adalah sang pemanah yang dengan bebas mengarahkan anak-anak panah sesuai kehendakNya yang sempurna. Setiap anak memiliki panggilan hidupnya masing-masing yang unik dan tidak pernah sama. Kebahagiaan sejati hanya bisa dialami oleh seorang anak jika orang tua mampu membimbing mereka untuk menjawab panggilan hidup mereka. Para orang tua hendaknya rela melepaskan anak-anak untuk mengambil jalan hidup sesuai dengan rancangan abadi Bapa Surgawi yang sudah ada sejak dunia dijadikan. Lalu bagaimana dengan masa depan orang tua di masa jompo mereka? Para orang tua hendaklah meneladani Bunda Maria yang menyerahkan hidupnya kepada Bapa sehingga ketika Yesus mati di salib pun, harapannya tidak hancur karena hidupnya tetap terpelihara ada atau tidak ada anak.

Seandainya Yesus mempunyai ayah jasmani, kemungkinan besar, jalanNya menuju Golgota akan terhalang, kematian dan kebangkitanNya bagi keselamatan umat manusia mungkin akan memakan waktu lebih dari 33 tahun masa hidup Yesus karena harus mengalami masa pergumulan antara mengikuti kehendak Allah atau kehendak orang tua. Terpujilah Bapa semesta alam yang tahu waktu dan kondisi yang terbaik bagi rencanaNya.

Manokwari, 05 Agustus 2008

 

No comments: